Rabu, 21 November 2012

Mengatasi Anak yang Suka 'Ngambek'

0 komentar
Kesalahan terbesar kita adalah menganggap bahwa sikap kasar hanyalah fase yang akan berlalu dengan sendirinya
kata Michelle Borba, PhD, penasihat Parents sekaligus penulis Don’t Give Me That Attitude: 24 Rude, Selfish, Insensitive Things Kids Do and How to Stop Them. Strategi berdasarkan usia yang kami berikan akan membantu Anda tenang menghadapi sikap bandel ini dan membantu anak untuk mulai bersikap hormat.

1. BATITA YANG MEMBANTAH
Bayi Anda yang dulu lembut telah menjadi batita yang senang membantah, merespons permintaan Anda untuk membereskan mainan dengan berkacak pinggang dan mengangkat kepala, “Mama nggak bisa nyuruh-nyuruh aku!”

Cara mengatasi: Hitunglah sampai tiga. Langsung memarahi mungkin bisa membantu Anda menyalurkan amarah, tapi Anda tidak punya harga diri jika mengumpat anak kecil. Alih-alih demikian, ingatlah bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mendidiknya. Katakan seperti, “Mama ngerti, sebetulnya kamu mau bilang, “Ya, Ma. Mainan itu akan kupungut.” Lalu, bantu dengan memberi arahan spesifik yang jelas, yang bisa dia ikuti. Ingat, dia baru berusia 2 tahun, Anda perlu membantunya fokus terhadap hal yang Anda ingin dia lakukan.

Garis besar: Bayangkan batita Anda seorang ilmuwan. Dia mencoba menemukan reaksi yang akan didapatkan dengan bersikap kasar. Dia mungkin menduga, jika dia memungut mainannya begitu Anda minta, maka Anda akan kembali mengecek email atau mulai menyiapkan makan malam. Tapi, hanya dengan sedikit membantah, si anak akan langsung mendapat perhatian penuh dari Anda. Jadi, jangan pergi lalu sibuk dengan pekerjaan Anda ketika anak dengan senang hati terlibat. Fokuslah kepadanya. Dorongan yang positif akan perlahan-lahan mengajarkannya bahwa dia tidak perlu bersikap provokatif demi mendapatkan perhatian Anda. Saat dia bertingkah, jangan terpancing, tapi juga jangan mengacuhkan. “Tegur dia dengan tegas, simpel, dan tidak emosional,” kata Dr. Borba. Ciptakan pernyataan khusus, dan langsung gunakan setiap kali dia kelewatan. Misalnya, “Bicaramu kasar sekali. Ayo ulangi, coba sekali lagi.”

2. BALITA YANG SUKA NGAMBEK
Anak Anda, 4 tahun, pulang dari sekolah dengan membawa kelelahan dan suasana hati yang jelek. Dia menghempaskan tubuh ke sofa lalu merengek minta es krim. Anda bilang, “Tidak boleh, kecuali setelah makan malam.” Dia menatap Anda dengan tajam lalu menjerit, “Mama jelek! Aku sebel!”

Cara mengatasi: Bantahan anak mungkin merupakan ungkapan rasa frustrasi yang dia rasakan sebagai anak kecil di dunia yang besar, bukan kekasaran yang disengaja. “Kita bicara tentang masa-masa membangkang di usia 2 tahun, tapi ternyata usia 4 tahun juga penuh tantangan. Mereka mau mandiri tapi kerap merasa tidak berdaya,” kata Sara Grunstein, pekerja sosial klinis di Berkeley, California. “Lebih baik Anda tidak merespons dengan kemarahan saat dia mengejek Anda dengan sebutan “jelek.” Sebaiknya, ingatkan dia bahwa mengejek akan menyakiti perasaan orang. Kemudian, minta dia mengulangi keinginannya dengan ucapan yang lebih sopan.

Garis besar: Bersikap manis sepanjang hari di sekolah bukan pekerjaan mudah. Jadi, jangan heran kalau banyak anak menunggu hingga tiba di rumah untuk melampiaskan perasaannya. Memahami perasaannya adalah strategi yang bisa membantu Anda tetap tenang. Pertama, pastikan anak mengonsumsi camilan sehat dan tidak dalam keadaan lelah. Mungkin saja dia telah membutuhkan banyak energi untuk dapat bertahan duduk sepanjang hari. Jika memang demikian, bersepedalah bersama atau pasang musik dan menari di ruang tamu. Kemudian, saat Anda berdua berdekapan di sofa, ingatkan dia bahwa ada aturan untuk tidak menggunakan kata-kata kasar di rumah. “Cara yang baik untuk mengkomunikasikan nuansa kesopanan versus kata-kata kasar kepada anak usia 4 tahun adalah dengan membacakan cerita atau mendongeng mengenai perilaku kasar anak lain,” kata Grunstein. “Tanpa sadar, anak Anda akan menyerap pelajaran.”

3. USIA 5 YANG GANAS
Anda menyuruh anak Anda yang berusia 5 tahun untuk mematikan TV, dan dia melempar remote ke lantai, berlari ke kamarnya, lalu membanting pintu.

Cara mengatasi: Boleh saja marah, tapi anak perlu belajar bahwa melempar barang dan membanting pintu adalah tindakan yang salah. Pada usia 5 tahun, anak-anak masih sulit mengatasi amarah, tapi mereka sudah cukup besar untuk belajar konsekuensi perbuatan. “Anak Anda butuh hukuman yang jelas dan konsisten saat bersikap seperti itu,” kata Hilary Flower, penulis Adventures in Gentle Discipline. “Jika dia tahu Anda yang pegang kuasa, maka perilaku buruk akan hilang dengan cepat.” Pada kasus ini, cabutlah hak istimewanya, misalnya untuk menonton acara TV favorit selama satu minggu, dan jelaskan mengapa Anda melakukannya. Jangan menyerah seberapapun anak merengek atau meminta maaf.

Garis besar: Orang dewasa pun harus berjuang untuk bisa marah tanpa bersikap kasar. “Anak-anak yang bereaksi secara fisik saat marah, biasanya melakukan itu karena tidak punya cara lain untuk meredam emosinya,” kata Henry A. Paul, MD, penulis When Kids Are Mad, Not Bad. Jadi, proyek jangka panjang adalah untuk memberi anak cara yang konstruktif dalam mengkomunikasikan perasaannya. Bantu dia mengungkapkan emosinya dengan kata-kata atau melalui gambar daripada ngambek.

6. USIA 6 YANG TIDAK SOPAN
Makan malam hampir siap dan Anda memanggil anak dari dapur. “Kamu siap membereskan meja?” Seperti biasa, anak Anda hanya menoleh sekilas dari Game Boy yang sedang dia mainkan. Setelah Anda memintanya berkali-kali, dia menjawab dengan nada mengejek. “Nggak tahu deh. Memang kenapa?”

Cara mengatasi: Anak-anak pada usia ini sebenarnya senang membantah. Ini cocok sekali dengan selera humor anak usia sekolah, keinginan untuk menguji kesabaran Anda, dan tugas untuk mengklaim wilayah independennya sendiri. “Kesalahan Anda adalah bertanya, bukan memberi instruksi langsung,” kata Karin L. Price, PhD, psikolog klinis di Texas Children’s Hospital’s Learning Support Center for Child Psychology. “Jika Anda meminta, berarti Anda mengundang dia untuk menolak.”

Garis besar: Kawan berpengaruh besar pada anak usia 6 tahun. Anak Anda hampir tidak bisa menahan diri untuk memberi bantahan yang menyakitkan saat ada di rumah. Hal ini sebenarnya menyebar seperti virus di sekitar taman bermain. Bahkan saat Anda bersikap super keras mengenai TV, film, dan video game, budaya populer yang paling digemari anak usia sekolah lengkap dengan canda yang jorok serta ejekan sebagai bagian dari perayaan kebandelan itu sendiri. Kini adalah waktunya membuat peraturan mengenai cara yang benar untuk berbicara di hadapan orang dewasa versus cara bicara dengan teman-teman. Karena perasaan diterima di dalam kelompok juga penting, tentu Anda tidak ingin mengambil kesenangan yang ada di tempat bermain, tapi beri ekspektasi yang jelas dan tegas. Bantahan yang kasar dilarang digunakan saat ada orang dewasa. Dan, jangan lupa untuk memuji saat dia bersikap sopan. “Lebih mudah bagi anak untuk tahu bagaimana Anda ingin dia bersikap saat dia mendapatkan feedback positif atas perilaku baiknya,” kata Dr. Price.

KUIS
SIKAP ANDA BURUK?
Mungkin anak Anda meniru perilaku buruk dari Anda. Untuk mengetahuinya, nilai diri Anda sendiri dengan menjawab tes perilaku ini, eksklusif dari Parents.
1. Anda sedang masak. Sementara suami yang sedang duduk di sofa sambil baca koran meminta Anda mengambilkan minum, apakah Anda akan:
A. Menjawab sinis, “Memangnya kakimu nggak bisa dipakai?”
B. Membawakan minum dan dengan marah menyorongkannya di depan koran.
C. Bicara baik-baik, “Maaf ya, aku lagi masak.”
2. Anda baru saja duduk untuk makan malam ketika batita Anda menjerit, “Mana garpuku?” Apakah Anda akan:
A. Menjawab dengan marah, “Mama tidak akan ambilkan sampai kamu minta tolong baik-baik.”
B. Menarik napas keras, tapi mengambilkan garpu untuknya.
C. Berkata dengan riang, “Oh, Mama lupa garpunya, ya? Mama akan ambilkan. Tapi kamu bilang dulu ‘tolong, Ma.’”
3. Di waktu tidur, malaikat mungil Anda minta kecupan ekstra sebanyak 522 kali. Apakah Anda akan:
A. Frustasi lalu bertanya, “Kenapa sih kamu selalu bandel kalau mau tidur?”
B. Berkata, “Oh, oke,” sambil diam-diam berharap pada saat itu Anda gunakan untuk mengecek e-mail.
C. Mengatakan, “Nggak ah. Tapi Mama akan cium kamu 5 kali! Mama harus melakukan sesuatu dan kamu harus tidur.”

NILAI: Semua A? Anda memberi contoh buruk. Hitung sampai 3 sebelum menjawab –tak peduli seberapa kesalnya Anda.
Semua B? Anda bisa memberi contoh perilaku pasif-agresif, dan percayalah, hal ini akan berbalik kepada Anda!
Semua C? Anda berada di jalur yang benar dan Anda bisa lega karena sikap anak tidak menurun dari Anda.


 Sumber: http://parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=kids&id=212
Read more...

Malu Bertemu Orang Baru

0 komentar
Rasa malu sangat berkaitan dengan kepercayaan diri. Bagaimana mengatasi agar sang buah hati tidak malu-malu ya?
Ketika ada tamu datang, Dita hanya mengintip dari balik tirai. Saat Mama menyuruhnya untuk keluar dan berkenalan, Dita menggeleng. Namun ketika si tamu sudah pulang, meluncurlah beragam pertanyaan keluar dari mulut mungilnya. ”Tante tadi namanya siapa, Ma? Cantik ya, Ma? Rumahnya dimana, Ma? Kok bawa tasnya besar, Ma?
Perasaan malu sebenarnya muncul sebagai gambaran anak sudah mulai mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya. Istilah psikologinya self-understanding atau pemahaman mengenai diri sendiri. Biasanya hal ini dimulai pada usia sekitar satu setengah tahun. Misalnya, anak sudah tahu rambutnya keriting atau lurus, tubuhnya kurus atau gemuk. Nah memasuki usia tiga tahun, seiring dengan perkembangan cara berpikirnya, anak pun sadar jika orang lain dapat menilai dirinya dengan cara tertentu.
Sebagai langkah awal untuk melatihnya berani tampil adalah dengan menciptakan kondisi agar anak sering bertemu orang lain. Perkenalkan sosialisasi sejak dini. Bagi orangtua yang sibuk bekerja, manfaatkan hari libur untuk merangsang sosialisasi si kecil. Saat pergi kondangan misalnya, ajak anak ikut serta. Di sana ia akan melihat dan bertemu banyak orang, ia jadi kenal keramaian. Ingatkan juga agar pengasuh jangan mengeram anak di rumah seharian. Sekali-kali ajak anak bertandang ke tempat-tempat umum seperti taman yang letaknya tak jauh dari rumah, atau menemaninya bermain-main dengan anak tetangga.
Memberi kebebasan kepada anak mengambil keputusan juga dapat membentuk jati dirinya. Sejak usia tiga tahun kepercayaan dirinya sedang tumbuh sehingga ia merasa dapat melakukan semua sendiri. Saat itu, mulailah egonya muncul. Ia tahu apa yang bisa dilakukan dan yang tidak, hingga akhirnya ia dapat membentuk suatu konsep diri yang utuh. Bila anak merasa dapat melakukan banyak hal, konsep dirinya akan positif. Sebaliknya, kalau ia sering diserang dengan berbagai hal negatif maka anak akan susah untuk percaya diri.
Si kecil yang selalu malu bicara dengan orang lain, bisa jadi karena ia sering mendengar kata-kata seperti, “Adek jangan begitu sama Oom dan Tante, nggak baik itu. Itu nggak sopan.” Atau, tanggapan seperti, “Adek nyanyinya jangan teriak-teriak begitu, terlalu kenceng, berisik!” Hati-hati, ini juga bisa membuat anak malu bila harus melantunkan suara. Nah, jadi, orangtua juga perlu memperhatikan ucapannya buat si kecil ya..
Read more...

Trauma Pada Anak

0 komentar
Anak biang masalah? Jangan terburu-buru menyudutkan sebagai anak tak berguna. Ayah dan Ibu lebih baik melakukan koreksi diri karena siapa tahu akar masalah berasal dari anda.

Anak tidak dilahirkan untuk jadi “biang kerok” karena lingkungan-lah yang membentuk pribadi seperti itu.Situasi emosi anak semasa kecil sangat berkiblat dari sikap ayah dan ibu. Anak yang hidup di tengah orangtua yang tidak harmonis, hampir sebagian besar, tumbuh menjadi anak bandel. Walhasil anak akan mencari berbagai cara untuk keluar dari ketidakharmonisan di dalam rumah.
Bila Ayah dan Ibu cepat sadar kalau anak jadi bandel karena situasi rumah, jangan putus asa untuk merangkul anak lagi. Ajak anak bicara dari hati ke hati. Berilah penjelasan bahwa Ayah dan Ibu kerap bertengkar bukan berarti keluarga akan berpisah, tetapi lebih kepada untuk menyamakan pendapat. Di luar menghadapi masalah itu, segeralah perbaiki komunikasi antara ayah dan ibu sehingga kuantitas pertengkaran bisa dikurangi.
Masalah menjadi rumit di saat anak semakin tak bisa dikendalikan sementara orangtua bukan berdamai malah semakin sering ribut. Anak akhirnya dikhawatirkan jadi trauma. Dia bingung memilih antara yang sikap benar atau salah. Apalagi jika Ayah maupun Ibu saling menyalahkan atas kenakalan anak.  Secara psikologis, anak akan makin tertekan. Kalau sudah begitu perlu bantuan psikolog untuk menolong anak keluar dari traumanya.
*Source: Morinaga Platinum
Read more...

Mendorong Balita Belajar Warna, Ukuran Dan Bentuk

0 komentar
Bunda, sudahkah bunda mendorong balita anda untuk belajar warna, ukuran dan bentuk? Ini merupaka persiapan penting sebelum anak anda memasuki lingkungan sekolah, sebab bukan hanya kesiapan mental si kecil yang diperlukan ketika memasuki lingkungan baru, namun kesiapan kognitifnya juga perlu dibekali.

Belajar Warna, Ukuran, dan Bentuk pada Usia 3 Tahun

Memasuki usia 4 tahun, perkenalkan si kecil dengan kegiatan belajar warna, ukuran dan bentuk sebagai tahap awal sebelum dia benar-benar memasuki lingkungan sekolah. Persiapan pra sekolah akan membuat balita cepat menangkap hal-hal yang baru diajarkan dan membuatnya lebih unggul. Perlu diingat bahwa pada masa balita, perkenalan warna dimulai dengan mengenalkan warna-warna primer seperti merah, kuning, hijau, hitam dan putih. Sedangkan untuk bentuk dimulai dari yang paling sederhana yaitu bulat, persegi, dan segitiga.
Pada usia ini, balita telah mengalami fase perkembangan kognitif yang memadai. Hal itu memungkinkan balita menyerap hal – hal baru disekitarnya termasuk belajar warna, ukuran dan bentuk dengan dengan cepat. Oleh karena itu manfaatkan sebaik mungkin dengan mengajarinya berbagai hal baru sesuai kapasitasnya. Mengajarkan balita tentang hal-hal baru yang penting bagi akademik mereka tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada beberapa karakter yang harus diperhatikan agar proses belajar terjadi dengan efektif dan tepat sasaran.
Beberapa karakter balita yang harus diperhatikan dan disesuaikan dengan metode yang digunakan pada proses belajar warna, ukuran dan bentuk adalah:
  • Lincah. Anak pada usia balita sangat lincah dan menikmati proses bermain. Mereka tidak akan pernah diam dan selalu bergerak aktif kesana kemari mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi bunda mengajak mereka belajar warna, ukuran dan bentuk sambil beraktifitas.
  • Mudah Bosan. Balita akan rewel jika dia tidak nyaman dengan keadaan sekita, begitu pula jika dia bosan. Ciptakan suasana belajar se-menyenangkan mungkin agar dia menikmati proses tersebut. Atur jangka waktu belajar warna, ukuran dan bentuk yang tidak terlalu lama agar balita tidak bosan.
  • Sangat Aktif. Persiapkan diri bunda untuk menjawab pertanyaan balita. Balita aktif cenderung akan banyak bertanya tentang suatu hal yang ia kerjakan. Berikan jawaban kepada setiap pertanyaannya. Usahakan menggunakan contoh agar dia lebih paham.
  • Bersifat Praktikal. Belajar warna, ukuran dan bentuk tidak hanya bisa dilakukan dengan membaca buku dan menghafal. Ciptakan beberapa aktifitas yang dapat menjadi sarana bermain sekaligus belajar bagi balita.

Tips Mengajarkan Warna, Ukuran dan Bentuk Pada Balita

Setelah memperhatikan karakter-karakter di atas, bunda dapat memulai proses belajar warna, ukuran dan bentuk melalui beberapa aktifitas di bawah ini:
  • Memilih Baju. Libatkan si kecil dalam memilih bajunya setiap hari. Pilih baju si kecil dengan menyebutkan warna padanya. Dengan begitu balita secara tidak langsung akan menyerap dan mengingat jenis-jenis warna dengan sendirinya.
  • Mengelompokkan Mainan. Belajar warna, ukuran dan bentuk juga dapat dilakukan dengan mengelompokkan mainannya. Ajak dia membereskan mainannya dengan membantunya mengelompokkan mainan itu pada kategori warna yang sama, bentuk yang sama atau ukuran yang tidak jauh berbeda.
  • Mewarnai. Selain dapat belajar warna, ukuran dan bentuk, mewarnai dapat melatih sisi kreatif pada anak.
Read more...

Kapan Waktu Sebaiknya Mengunjungi Dokter Anak

0 komentar
Saat si kecil mulai tidak enak badan, kapan waktu sebaiknya mengunjungi dokter anak? Apakah saat awal terasa mulai muncul gejala kurang enak badan pada anak atau setelah tiga hari pengobatan awal? Jika Anda mengingat pada masa Sekolah Dasar dulu, Anda sering dijelaskan prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan. Untuk menangani anak yang tidak enak badan, pada prinsipnya, Anda harus memberikan pertolongan pertama terlebih dahulu. Pertolongan pertama yang harus dilakukan tentu berbeda tergantung bagaimana kondisi si anak dan sakit yang menyerang. Misalnya anak terserang flu, demam, batuk, kita bisa melakukan pertolongan pertama dengan memberikan kehangatan pada tubuh anak.

Orang Indonesia sudah terbiasa dengan minyak kayu putih. Usapkan minyak kayu putih merata di seluruh tubuh anak Anda yang mulai menunjukkan gejala atau tanda – tanda kurang enak badan. Biarkan hangatnya minyak dan usapan Anda menenangkan, dan juga uap minyak kayu putih terhirup sehingga melegakan pernafasan. Akan lebih baik lagi jika Anda segera merendam anak Anda pada air hangat, bisa dengan menggunakan bak mandi ataupun ember yang bisa menampung tubuh anak Anda, hingga bisa terendam hingga ke leher. Ini merupakan cara yang sangat efektif untuk meredakan gejala awal sakit demam, flu dan batuk.

Menentukan Kapan Waktu Sebaiknya Mengunjungi Dokter Anak, Beberapa orang mungkin akan merasa kurang mantap jika tidak membawa anaknya yang sakit ke dokter. Lalu kapan waktu sebaiknya mengunjungi dokter anak? Untuk gejala umum yang ditemui, Anda bisa usahakan pengobatan sendiri terlebih dulu di rumah. Misalnya anak Anda sering flu saat kelelahan, berikan penanganan seperti yang selama ini dilakukan. Jika penyakitnya kambuhan, harus selalu tersedia obat – obat tertentu sesuai petunjuk dokter. Sesuai informasi umum yang tertera di bagian obat yang dijual, kita bisa menemukan keterangan jika sakit berlanjut hubungi dokter.

Batas maksimal pengobatan sendiri di rumah adalah tiga hari. Jika dalam tiga hari tidak menunjukkan gejala membaik, maka segera bawa ke dokter. Namun untuk penyakit – penyakit tertentu seperti demam tinggi, cacar air dan penyakit lain yang bukan merupakan flu ringan, anak Anda harus segera dibawa ke dokter anak dan ditangani lebih lanjut oleh dokter tersebut. Kini Anda bisa menentukan kapan waktu sebaiknya mengunjungi dokter anak dengan memahami pola kesehatan anak Anda.

Read more...

Mengatasi Anak yang Galak

0 komentar


Ada anak yang ringan tangan dan juga suka membentak. Dia terlihat galak dan ditakuti oleh teman-teman seusianya. Tidak jarang pulang ke rumah dengan wajah berantakkan karena telah memukul atau berseteru hebat dengan teman bermainnya. Orangtua pun cemas dengan kondisi ini, sangat khawatir jika kegalakan sang anak akan berlanjut hingga dewasa. Bagaimana mengatasi anak yang galak di usia 5 – 12 tahun ini?
  1. Redam marahnya. Jika Anda tahu dia sedang marah, redamlah sebelum kegalakannya muncul dengan memukul, membentak, atau melempar barang di sekitarnya. Pelukan yang paling nyaman dilakukan oleh Anda dan bisa meredakan marahnya dengan cepat. Biasakan memberikan pelukan setiap Anda tahu dia sedang bermasalah atau marah.
  2. Lawan jika perlu. Jika marahnya sudah terlanjur keluar, Anda bisa melawan kemarahannya. Melawan bukan dengan cara yang kasar tapi dengan cara yang bijak.
  3. Ajari sopan dan santun. Mulailah menyisipkan banyak nasehat ketika anak dalam kondisi stabil. Ajarkan dia sopan santun bagaimana berhubungan dengan orang lain dan dirinya sendiri. Kegalakannya hanya akan membuatnya rugi.
  4. Kendalikan emosinya. Mengatur dan mengendalikan emosi harus Anda tanamkan padanya. Anda bisa melakukan cara menyesuaikan dengan kesukaannya. Misalnya saja jika dia suka baca, maka berikan bacaan dimana cerita yang dihadirkan terkait dengan anak yang sabar dan baik, atau tokoh yang memiliki banyak teman karena sangat ramah. Temani dia ketika membaca sambil ajak berdiskusi mengenai cerita tersebut. Sampaikan karakternya yang galak dan minta dia untuk mulai mengendalikan emosinya sebab karakter itu hanya membuatnya dijauhi teman.
  5. Membuatnya rileks. Bisa saja anak Anda galak karena dia merasa tertekan atau stress. Siapa bilang tertekan atau stress tidak bisa menerpa anak-anak. Ini juga bisa terjadi. Untuk menyelesaikannya adalah dengan membuatnya rileks.
  6. Konsultasi dengan psikiater. Jika Anda sangat terganggu dengan  kegalakannya, Anda bisa berkonsultasi dengan psikiater untuk mengatasi kegalakan anak.
Mengatasi anak yang galak di usia 5 – 12 tahun ini pantas Anda coba!
Sumber: http://artikelkesehatananak.com/mengatasi-anak-yang-galak.html
Read more...

Daftar Obat Anak Yang Harus Disiapkan Di Rumah

1 komentar

Persiapkan obat-obatan yang menunjang di rumah jadi  jika  anak mendadak sakit dan membutuhkan penanganan secepatnya, persediaan obat berikut sangat membantu terutama untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman pada anak.
  1. Obat penurun demam sediakan obat yang cocok untuk anak cek jika suhunya diatas 37,5° itu pertanda demam. perbanyak minum air terlebih dahulu sebelum memberikan obat penurun demam, bila tetap demam berikan obat 4 jam sekali dengan dosis sesuai usia anak.
  2. Gel pembersih tangan
  3. Obat penghilang rasa sakit Parasetamol atau ibu profen yang terbaik untuk demam ringan dan menghilangkan sakit serta nyeri seperti sakit gigi, sakit kepala. Ingat penggunaannya jangan melebihi dosis yang dianjurkan.
  4. Obat Flu dan Pilek ada baiknya menyimpan beberapa jenis obat flu dan pilek baik yang tablet kunyah atau berbentuk sirup. Beberapa obat flu bisa membantu meringankan sakit sendi, sakit kepala, batuk dan hidung tersumbat tanpa meminum obat yang terpisah untuk setiap penyakit.
  5. Obat alergi – anthihistamin cair bekerja untuk menekan histamin yaitu zat kimia yang dilepaskan selama reaksi alergi.
  6. Obat Ruam merupakan krim antihistamin yang membantu mengatasi gatal dan ruam kulit, sediakan juga Krim ruam popok jika ada bayi dirumah.
  7. Oralit Saran terbaik untuk sakit perut adalah membiarkan infeksi nya keluar dan senbagai gantinya minum banyak air terutama cairan oralit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dengan cepat.
  8. Thermometer gunakan termometer digital yang lebih prkatis dan mudah digunakan.
  9. Plester luka siapkan plester dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada baiknya menyediakan juga yang polos atau bergambar karakter favorit anak.
  10. Tisu antiseptik digunakan untuk membersihkan luka secara cepat, tersedia juga dalam bentuk cair.
  11. Pinset untuk mengambil luka dengan serpihan/ pecahan seperti kaca, batu atau kayu dan jika ada makhluk kecil.
  12. Salep anti memar dan benjol gunakan untuk mengurangi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan benjol atau memar.
  13. Kain kasa pilih yang gulungan dengan lebar 0.5 sampai 2 inci untuk membuat perban
  14. Adhesive Tape untuk merekatkan  perban
  15. Obat anti serangga sekarang tersedia obat anti serangga khusus anak dalam bentuk gel atau semprot.
  16. Kompres dingin untuk mengurangi benjolan atau luka bakar.
  17. Obat tetes hidung sediakan obat tetes hidung untuk membantu melegakan napas ketika hidungnya tersumbat, sediakan yang mengandung larutan garam yang aman untuk bayi dan balita.
  18. Obat cacing berikan 6 bln sekali sebagai pencegahan.
  19. Kapas (sediakan yang berbentuk bola  dan bentuk biasa) ada baiknya disimpan di wadah tertutup agar tetap steril.
  20. Alkohol untuk mensterilkan alat – alat (gunting, pinset)
  21. Lotion tabir surya yang aman untuk bayi.
  22. Aloe Gel untuk luka bakar.
Tambahkan obat – obatan yang direkomendasikan oleh dokter anak seperti :
  • Epinefrin Injektor
  • Asma Inhaler
  • Obat alergi khusus jika anak alergi terhadap sengatan lebah, kacang tanah atau kerang atau alergi lainnya yang bisa membahayakan jiwa anak.
Tambahakan juga alat alat seperti gunting,senter kecil,gelas steril, sendok, gunting kuku dan selimut.
Harus diingat bahwa obat-obatan tersebut diatas ada kadaluarsanya, jadi selalu cek tanggal kadaluarsanya.  Obat yang sudah terbuka hanya boleh digunakan 3 bulan setelah dibuka.
Read more...